Penulis: Bapak Herdian Zulkarnain
Bila ditanyakan pada sebagian besar anak-anak kecil, besok kalau sudah besar mau jadi apa, secara tipikal mereka akan menjawab: dokter atau insinyur. Sedikit menyimpang, kadang-kadang mau jadi pramugrari, pilot, hakim, atau pengusaha (seperti orang tuanya). Entah bagaimana, jawaban ini sedemikian khas.
Bila pertanyaan yang sama ditanyakan pada remaja, mereka akan bingung. Hanya segelintir yang bisa menjawab dengan pasti. Mereka lebih realistis, dan karenanya tahu bahwa menjadi dokter atau insinyur tidak mudah, sekolahnya sulit dan mahal. Sayangnya, konsep bimbingan dan konseling di banyak sekolah Indonesia tidak bagus benar, sehingga belum dapat mengarahkan para remaja ini ke jalur yang semestinya.
Ketika sudah menyelesaikan level SMA, dan hendak masuk perguruan tinggi, para lulusan baru berduyun-duyun mendaftar ke perguruan tinggi tanpa paham kelak mau jadi apa. Si A masuk antropologi, si B masuk MIPA-Fisika, psikologi, mesin, arsitektur, dsb. Sebagian yakin dengan pilihannya, yang lain beralasan … “daripada tidak sekolah”. Setelah lulus, tidak semua dari mereka bekerja sesuai dengan bidang studi. Ada sarjana pertanian yang jadi teller bank, sarjana psikologi menjadi detailer obat, sarjana ekonomi menjadi staf gudang, atau bahkan tidak bekerja sama sekali hingga beberapa tahun.
Bila anda adalah angkatan muda yang sedang memikirkan masa depan, sebaiknya pahami dahulu medan pertempuran yang akan anda hadapi kelak. Pilihan anda pada dasarnya cuma dua: bekerja sendiri atau bekerja ikut orang.
Bekerja sendiri bisa bermakna wira usaha, membuka usaha sendiri atau bersama dengan teman-teman. Pilihan lain adalah berprofesi sebagai praktisi atau konsultan: dokter, bidan, lawyer, psikolog, dsb. Atau menjadi pelaku seni atau olah raga, seperti fotografer, pelukis, penyanyi, pe-golf, racer, dsb. Pendek kata, banyak celah untuk bekerja mandiri. Kita bisa kaya dengan bekerja sendiri, tetapi tantangannya juga luar biasa besarnya. Kedisiplinan dan keberhasilan tergantung dari diri kita sendiri, tidak ada yang memarahi, tetapi kebangkrutan bisa langsung menjadi jawaban. You’re the boss for youself.
Bekerja ikut orang artinya bekerja pada sebuah institusi, dan menjadi bagian integral di dalamnya. Ada aturan, kedisiplinan, kepatuhan, keterikatan, dan tentu saja kejenuhan. Sistem mengatur kita, dan kita tunduk pada sistem tersebut. Skala usaha yang kita ikuti bisa berkisar dari home industry, pabrik kecil, hingga perusahaan minyak multi nasional yang memungkinkan kita berinteraksi dengan orang-orang asing. Kita tidak bisa menargetkan menjadi kaya dengan bekerja ikut orang seperti ini, tetapi memang jelas bahwa tiap akhir atau awal bulan kita bisa mengharapkan sejumlah uang sebagai kompensasi bulanan.
Bila anda adalah seorang muslim, peganglah kata-kata Nabi Muhammad bahwa, dari 10 pintu rizki yang disediakan buat manusia – 9 di antaranya melalui perniagaan. Ironisnya, justru1 pintu yang terakhirlah yang sekarang ini ramai-ramai coba untuk dimasuki – bekerja ikut orang dengan menjadi pegawai.
Apa yang perlu anda lakukan untuk menyongsong masa depan? Demikian saran saya:
1. Bila anda tidak sanggup melanjutkan ke perguruan tinggi, mungkin karena biaya, be realistic. Masuklah ke kursus-kurus atau sekolah kejuruan yang memungkinkan anda langsung bekerja setelah lulus. Pilihlah jurusan yang memungkinkan anda punya ketrampilan untuk langsung bekerja, misalnya memasak, menjahit, perbengkelan motor, dsb. Sekarang ini, cukup banyak catering, usaha garmen, bengkel otomotif yang membutuhkan tenaga trampil.
Yakinlah, ketrampilan yang anda dapatkan di sekolah menengah kejuruan bisa menjadikan anda aset yang berharga.
Bila sudah bekerja, pikirkan untuk menambah ilmu dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2. Asahlah diri anda dengan jenjang pendidikan, minimum diploma 3. Jenjang diploma 3 (ahli madya) memungkinkan anda menjadi praktisi. Jangan berkecil hati dengan status lulusan diploma, karena anda tetap bisa menempuh karier yang tinggi atau menjadi pengusaha yang sukses.
Mungkin langkah terbaik mengawali segalanya adalah bekerja pada orang, agar anda mengenali sistem kerja yang baik. Ini untuk memberik bekal bagi anda guna keberhasilan di masa mendatang.
Bila ingin sukses, pilihan untuk bekerja di perusahaan ada 2 saja: Perusahaan group berskala nasional atau perusahaan asing. Perusahaan group biasanya punya sistem manajemen yang bagus, dan kesempatan untuk belajar banyak. Perusahaan asing, umumnya memberikan benefit kesejahteraan yang baik, di samping gaji yang juga baik.
Bila anda belum bekerja di perusahaan group atau PMA, cita-citakanlah!
3. Jenjang S-1 akan membentuk diri anda sebagai pemikir dan konseptor. Ada perusahaan yang menghendaki para manajer mereka dari strata ini. Sistem pendidikan jenjang S-1 memang memaksa mahasiswa untuk berpikir konseptual dan strategis.
4. Pupuklah kemauan untuk maju, dengan terus menambah ilmu. Ilmu tidak hanya berada di sekolah atau pelatihan, tetapi juga berada di sekitar anda. Amati, cermati, pelajari, dalami … maka anda akan berbeda daripada kolega kerja yang lain.
5. Jangan tergesa-gesa melangkah. Perkuatlah kompetensi anda di tiap posisi, bangun jejak kompetensi baru, dan carilah peluang menuju jenjang yang lebih tinggi.
6. Jangan mudah puas dengan apa yang anda raih sekarang, sebab anda punya potensi untuk lebih maju lagi. Milikilah cita-cita, karena dengan adanya cita-cita anda akan termotivasi untuk maju.
Catatan:
1. Di awal, jangan terlalu mengharapkan gaji besar atau untung maksimal. Semua ada waktunya, semua ada prosesnya. Yang penting, anda telah memulai dengan benar.
2. Jadikanlah langit sebagai atapmu, bukan atap sebagai langitmu. Dengan beratapkan langit, kemungkinan menjadi lebih baik dan lebih tinggi tidak ada batasnya. Namun demikian, tetaplah bijaksana mengukur kemampuan diri.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.